Crystalinks
Jin berasal dari bahasa Arab yang berarti 'tersembunyi' atau 'disembunyikan'. Jinn adalah istilah bahasa Inggris untuk Jinni dalam bahasa Arab atau Jin adalah makhluk ruhani. Dalam cerita rakyat Arab dan dalam ajaran agama Islam Jin atau Jinni adalah makhluk supranatural, mereka bertempat tinnggal di dunia yang paralel dengan umat manusia [hanya berbeda dimensi-pent]. Baik jin, manusia dan malaikat ketiganya merupakan makhluk ciptaan Allah. Menurut Al-Qur'an, mereka diciptakan dari bahan dasar yang berbeda, jin dari "api yang sangat panas" dan manusia dari tanah liat kering yang berasal dari lumpur hitam, sedangkan malaikat berasal dari cahaya. Seperti manusia, jin juga bisa baik juga bisa jahat, atau suka menolong. Jin sering disebut dalam Al Qur'an, dan surah ke-72 dalam Al-Qur'an berjudul Surah Al - Jin.
Gua Majlis al - Jin di Oman, secara harfiah artinya "Tempat Pertemuan Jin".
Gua ini merupakan salah satu gua dengan ruang terbesar di dunia.
Jin di Era Sebelum IslamDiantara Arkeolog yang berurusan dengan budaya kuno Timur Tengah, mereka sering menyebut setiap ruh yang lebih rendah dari malaikat sebagai jin, terutama saat menjelaskan patung batu atau bentuk seni lainnya.
Prasasti yang ditemukan di Barat Laut Saudi tampaknya menunjukkan bukti adanya penyembahan terhadap jin, atau setidaknya keadaan ketergantungan manusia kepada jin. Sebagai contoh, sebuah prasasti di Bet Fasi'el dekat Palmyra menjelaskan bahwa manusia mempersembahkan sesaji kepada "Jinnaye", para "dewa baik yang memberikan keberuntungan."
Jenis-jenis jin termasuk setan kuburan, Marid para raksasa, Ifrit, dan jin. Menurut keterangan dalam Arabian Nights, tampaknya Ifrits merupakan jin terkuat, diikuti kemudian oleh Marid dan seterusnya jin-jin jenis lainnya.
Jin dalam Aqidah Islam
Dalam teologi Islam jin dikatakan sebagai makhluk dengan kehendak bebas, diciptakan Allah dari api tanpa asap, sedangkan manusia diciptakan dari tanah liat. Menurut al-Qur'an, jin memiliki kehendak bebas, dan Iblis (setan) menyalahgunakan kebebasannya di hadapan Allah dengan menolak perintah untuk sujud kepada Adam ketika Allah memerintahkan kepada malaikat dan jin untuk melakukannya. Karena menolak perintah Allah, iblis diusir dari surga dan kemudian disebut dengan "Setan".1]
Jin berkali-kali disebutkan dalam Al Qur'an: Surat ke-72 diberi nama Surat Al - Jinn (Jin) menceritakan ihwal mereka. Di surat Al-Nas (Manusia) jin di sebutkan di ayat terakhir. Al-Quran juga menyebutkan bahwa Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam diutus sebagai seorang nabi dan rasul, baik kepada "manusia maupun kepada jin".
Mirip dengan manusia, jin memiliki kehendak bebas yang memungkinkan mereka untuk melakukan sesuai pilihannya (seperti mengikuti agama apapun). Mereka biasanya tidak terlihat oleh manusia, dan manusia tidak tampak jelas oleh mereka. Jin memiliki kekuatan untuk menempuh jarak yang sangat jauh dengan kecepatan ekstrim dan diperkirakan tinggal dalam komunitas mereka sendiri di daerah terpencil, seperti di pegunungan, laut, pohon, dan udara, Seperti manusia, jin juga akan mempertanggungjawabkan perbuatannya pada hari kiamat dan akan dikirim ke surga atau neraka sesuai perbuatan mereka.
Klasifikasi dan Karakteristik JinThe Last Judgment, Final Judgment, Day of Judgment, Judgment Day, or The Day of the Lord in Christian theology, is the final and eternal judgment by God of every nation. The concept is found in all the Canonical gospels, particularly the Gospel of Matthew. It will take place after the resurrection of the dead and the Second Coming of Christ (Revelation 20:12¬15).
Organisasi sosial kemasyarakatan jin menyerupai manusia, misalnya, mereka memiliki raja, pengadilan hukum, pernikahan, dan upacara berkabung.
Beberapa buah hadits membagi jin menjadi tiga jenis: mereka yang memiliki sayap dan terbang di udara, serta mereka yang menyerupai ular dan anjing, dan mereka yang tidak menetap dan berpindah-pindah.2]
Dalam aebuah riwayat dinyatakan bahwa "Ibn Mas'ud (d. 652), yang menemani Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam saat jin datang untuk mendengarkan bacaan Al-Qur'an, menggambarkan mereka sebagai makhluk dengan bentuk yang berbeda-beda, beberapa menyerupai burung bangkai dan ular, yang lain berupa laki-laki berperawakan tinggi berpakaian putih.3]
Bahkan mereka bisa menyerupai berbentuk naga, keledai (kuda kecil), atau bentuk sejumlah hewan lainnya. Selain bentuk-bentuk binatang, jin sesekali menyerupai bentuk manusia untuk menyesatkan dan membinasakan yang menjadi korban mereka.4]
Beberapa hadits nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam juga menyatakan bahwa jin dapat hidup pada tulang, yang akan tumbuh daging lagi segera setelah mereka menyentuhnya, binatang mereka dapat hidup dalam kotoran, yang akan mengubah biji-bijian atau rumput untuk makanan hewan peliharaan jin.
Ibnu Taimiyah, seorang ulama Islam, menganggap jin pada umumnya "bodoh, tidak jujur, menindas dan berbahaya". Mereka banyak bertanggungjawab dalam melakukan "sihir" yang dikenal oleh manusia, jin bekerja sama dengan penyihir untuk mengangkat barang-barang di udara secara gaib, menyampaikan kebenaran yang samar-samar kepada para peramal, dan menirukan suara manusia yang sudah meninggal sewaktu pertemuan dengan ruh.
Jin Qarin
Sebuah keyakinan terkait dengan jin adalah bahwa setiap orang disertai seorang jin khusus yang disebut qarin, [ruh] jin yang membisikan ke dalam jiwa manusia dan mengajak mereka untuk tunduk kepada keinginan jahat. Pendapat mengenai qarin ini tidak diterima secara universal di antara umat Islam, tetapi umumnya menerima bahwa Setan (Devil) berbisik ke dalam pikiran manusia, dan ia ditugaskan untuk mengganggu setiap manusia. Bahkan nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam ditemani qarin yang setelah Allah menolong, nabi selamat dari godaannya., ia hanya menyuruhnya dalam hal kebajikan saja.5] Jin diciptakan untuk beribadah kepada Allah, meskipun Iblis adalah di antara mereka.6]
Hubungan Raja Sulaiman dengan Jin
Menurut riwayat, jin bekerja di istana nabi Sulaiman, seorang nabi dan raja yang dianugerahi Allah banyak ilmu pengetahuan, jin dengan tertibnya mengabdi kepada nabi Sulaiman. Jin tetap tunduk dan berada di bawah kendali raja Sulaiman, mereka diperintahkan untuk melakukan berbagai pekerjaan.
“... Dan sebahagian dari jin ada yang bekerja di hadapannya (di bawah kekuasaannya) dengan izin Tuhannya. (QS Saba’ 34:12)“Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan).” (QS an-Naml 27:17]
Al-Qur'an menceritakan bahwa nabi Sulaiman meninggal ketika ia sedang bersandar pada tongkatnya. Ia nampak oleh jin tetap tegak bersandar pada tongkatnya, jin mengira bahwa nabi Sulaiman masih hidup dan mengawasi mereka, sehingga mereka terus bekerja. Mereka menyadari keadaan sebenarnya ketika Allah memerintahkan kepada rayap untuk menggerogoti tongkat nabi Sulaiman sampai tubuhnya jatuh ke lantai. Al-Qur'an kemudian menjelaskan bahwa jika jin mengetahui yang gaib, mereka tidak akan tinggal dalam siksa yang menghinakan karena diperbudak.
“Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang gaib tentulah mereka tidak tetap dalam siksa yang menghinakan.” [QS Saba’34:14)
Keberadaan dan Penggunaan jin dalam Budaya Lainnya
Pada suku Guanche (penduduk asli di Kepulauan Canary) mitologi dari Tenerife, di sana ada kepercayaan kepada makhluk yang sama dengan jin, seperti maxios (dewa kecil kebajikan atau jin) atau paredros dioses (‘dewa penolong’, penjaga rumah dan sejenis ruh) dan tibicenas (jin jahat), serta setan Guayota (dewa kejahatan aborigin), seperti Iblis di kalangan Arab, kadang-kadang diidentifikasi dengan jin.
Jin Dalam Bibel
Dalam tradisi Yahudi - Kristen, kata atau konsep jin seperti itu tidak terdapat dalam teks Bibel Ibrani asli, tetapi jin dari kata bahasa Arab sering digunakan dalam terjemahan kuno bahasa Persia dan bahasa Arab.
Dalam beberapa ayat pada terjemahan bahasa Parsi dan Arab, kata Jin yang disebutkan dalam terjemahan adalah ruh yang dikenal atau (obe) untuk Jin dan setan untuk Iblis.
Dalam Bibel terjemahan bahasa Arab Van Dyck, kata-kata ini disebutkan dalam Lev 19:31, Lev 20:06, 1Sa 28:3, 1Sa 28:9, 1Sa 28:7, 1CH 10:13, Mat 4:1, Mat12: 22, Luk 4:5, Luk 8:12, Joh 8:44 dan ayat-ayat lainnya juga. Selain itu, dalam buku apocryphal Perjanjian Sulaiman, ia menggambarkan jin tertentu yang diperbudak untuk membantu membangun kuil, Sulaiman mengajukan pertanyaan kepada jin mengenai tingkah-lakunya serta bagaimana mereka bisa bertahan menjaganya?, dan jawaban yang diberikan adalah semacam petunjuk self-help terhadap aktivitas setan.
Jin dalam Fiksi Paska Arab Islam
Jin Ifrit dalam Kitab Seribu Satu Malam disebut "benih Iblis".
Ruh*] dalam Lampu kisah Aladdin adalah seperti jin, terikat dalam sebuah lampu minyak. Cara memanggil jin diberitahu dalam buku Seribu Satu Malam: yaitu dengan menuliskan nama Allah dalam karakter Ibrani pada pisau (tidak ditentukan, apakah nama Tuhan dalam bahasa Ibrani, Yaweh atau dalam bahasa Arab, Allah yang digunakan), dan menggambar diagram (mungkin sebuah pentagram) dan simbol aneh dengan mantra yang mengitarinya.
Kekuatan jin yang dimiliki juga diarahkan dalam kegelapan imajiner. Dikatakan bahwa dengan mengambil tujuh helai rambut ekor kucing yang warnanya hitam semua kecuali bercak putih di ujung ekornya, kemudian membakar bulu-bulu tersebut di ruang kecil tertutup dengan orang yang kesurupan, maka dengan memenuhi hidungnya dengan bau ini akan membebaskan orang yang kesurupan dari mantra jin yang berada di dalamnya.
Jin Dalam Okult
Dalam buku-buku sihir, Jin dikelompokkan ke dalam empat garis silsilah menurut unsur-unsur klasik, yaitu Bumi, Udara, Api; (Ifrit7]) dan Air, (Marid8])9] dan tinggal di dalamnya. Mereka berkumpul dalam satu keluarga, biasanya terdiri dari tujuh orang, masing-masing dengan seorang raja. Setiap raja mengontrol sukunya dan dikontrol oleh seorang Malaikat. Nama Malaikat ini sangat ditakuti karena bisa menimbulkan penderitaan yang luar biasa, baik kepada raja jin maupun kepada anggota sukunya.
Tidak seperti penyihir putih9] dan penyihir jahat, jin memiliki kehendak bebas, namun mereka bisa dipaksa untuk melakukan kedua perbuatan sihir yang baik dan yang jahat. Sebaliknya iblis hanya akan menyakiti makhluk hidup, dan seorang malaikat hanya akan memiliki niat baik hati (sihir putih). Mengetahui apa yang harus diminta kepada ruh10] untuk melakukan sesuatu adalah kunci, seperti meminta kepada ruh untuk melakukan tugas yang berlawanan dengan kecenderungan alaminya mungkin bisa mengundang kemarahan ruh dan membalas dendam terhadap tukang sihir.
Jin Dalam Budaya Barat
Penafsiran Barat terhadap jin berdasarkan pada kisah Aladdin versi Barat, yaitu Kitab Seribu Satu Malam, yang menceritakan tentang seorang jin yang tinggal di sebuah lampu minyak dan akan memberikan keinginan kepada siapapun yang dapat membebaskan dirinya dari lampu dengan menggosok-gosokannya. Jumlah dan frekuensi keinginan bervariasi, tetapi biasanya permintaan terbatas pada tiga keinginan. Banyak jin nakal mengambil keuntungan dari tutur-kata yang buruk11] QS?(seperti gambaran pada the Fairly Odd Parents dalam sebuah episode The X - Files ).
Banyak cerita tentang jin cenderung mengikuti perangai yang sama dengan cerita pendek yang terkenal, The Monkey 's Paw karya WW Jacobs, dengan tema utama "berhati-hatilah dengan apa yang Anda inginkan", dalam cerita ini, keinginan mengandung konsekuensi bencana mengerikan dan kadang-kadang fatal. Seringkali, jin menyebabkan kerusakan pada orang-orang yang kita cintai atau orang-orang yang tidak bersalah sekitar pemohon membuat orang lain membayar keserakahan tuannya atau karena ketidaktahuannya.
Memanfaatkan celah atau memutar-balikan interpretasi keinginan adalah merupakan sifat klasik di antara jin dalam fiksi Barat. Misalnya, dalam " The Man in the Bottle" episode The Twilight Zone, seorang penjaga toko miskin yang berjumpa dengan jin menyatakan keinginannya menjadi seorang pemimpin suatu bangsa yang besar - dan ditransformasikan menjadi Adolf Hitler di akhir Perang Dunia II. Seringkali, akhir cerita seperti ini, master jin tidak pernah ingin menemui jin, semua keinginan sebelumnya tak pernah terjadi, atau membatalkan semua keinginan yang serupa dengan keinginan sebelumnya.
Sampai dengan 2005, Jin merupakan salah satu dari makhluk mitos yang banyak digunakan sebagai patroli Brownie. Ketika the Girl Guides of Canada memperbarui program Brownie-nya di tahun 2005, mereka menyimpulkan bahwa Jin merupakan penyalahgunaan ikon budaya Islam dan memutuskan untuk menghilangkan Jin dari program ini.
Catatan penerjemah:1. “Dan dia (setan) bersumpah kepada keduanya. "Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasihat kepada kamu berdua", maka setan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka: "Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu: "Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?" [QS al-‘Araf 7:21-22]
“Lalu keduanya digelincirkan oleh setan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan". [QS al-Baqarah 2:36]
2. Haditsnya sebagai berikut: Dari Abu Tsa’labah r.a bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda :3. Dalam sebuah hadits (HR Ahmad) Aisyah ra mengatakan:الْجِنُّ عَلَى ثَلاثَةِ أَصْنَافٍ: صِنْفٌ لَهُمْ أَجْنِحَةٌ يَطِيرُونَ فِي الْهَوَاءِ، وَصِنْفٌ حَيَّاتٌ، وَصِنْفٌ يَحِلُّونَ وَيَظْعَنُونَ.“Jin terdiri dari tiga kelompok; satu kelompok memiliki sayap dan mereka terbang di udara, satu kelompok berbentuk ular dan satu kelompok tidak menetap dan berpindah-pindah.” [HR Ath Thabrani No. 573, Al Baihaqi (827), Al Hakim (2/456) dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani Rahimahullah.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam keluar dari rumah pada malam hari, aku cemburu karenanya. Tak lama ia kembali dan menyaksikan tingkahku, lalu ia berkata: “Apakah kamu telah didatangi setanmu?” “Apakah setan bersamaku?” Jawabku. “Ya, bahkan setiap manusia.” Kata Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. “Termasuk engkau juga?” Tanyaku lagi. “Betul, tetapi Allah menolongku hingga aku selamat dari godaannya.” Jawab Nabi (HR Ahmad).
Dan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:“Tidak seorang pun dari kalian kecuali telah diwakilkan kepada qarinnya dari Jin.” Shahabat bertanya, “Juga kepada engkau wahai Rasulullah.” Beliau menjawab, “Juga kepadaku. Namun Allah telah membantuku sehingga (qarinku) masuk Islam (boleh juga diterjemah sehingga aku selamat darinya). Maka dia tidak menyuruhkan kecuali hanya dengan kebaikan,” (Dikeluarkan oleh Imam Muslim dari Ibnu Mas’ud)
Dalam kitab Al-Sihr wa al-Saharah wa al-Mashurum disebutkan banyak hadis yang menyebut sahabat nabi melihat jin dalam bentuk tidak asli, diantaranya sahabat nabi yang bernama Abdullah bin Mas'ud melihat jin seperti orang2 Sudan, atau dari Hindia, terkadang seperti burung nasar.
4. Jin memiliki kemampuan beralih rupa/bentuk, ke bentuk manusia dan hewan. Mereka pernah mendatangi kaum musyrikin dalam wujud Suraqah bin Malik untuk menjanjikan kemenangan bagi mereka.
Telah masyhur bahwa ketika perang Badar setan datang kepada pasukan musyrikin dalam wujud seorang laki-laki bernama Suraqah bin Malik. Oleh karena itu turunlah ayat:
Tetapi saat itu, Allah Ta’ala turunkan malaikat untuk menolong pasukan mu’minin, maka kaburlah setan berwujud Suraqah bin Malik itu.وَإِذْ زَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ وَقَالَ لا غَالِبَ لَكُمُ الْيَوْمَ مِنَ النَّاسِ وَإِنِّي جَارٌ لَكُمْ“Dan ketika setan menjadikan mereka memandang baik pekerjaan mereka dan mengatakan: “tidak ada seorang manusiapun yang dapat menang terhadapmu pada hari ini, dan Sesungguhnya saya ini adalah pelindungmu”. (QS Al Anfal 8:48)
فَلَمَّا تَرَاءَتِ الْفِئَتَانِ نَكَصَ عَلَى عَقِبَيْهِ وَقَالَ إِنِّي بَرِيءٌ مِنْكُمْ إِنِّي أَرَى مَا لا تَرَوْنَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ وَاللَّهُ شَدِيدُ الْعِقَابِMaka tatkala kedua pasukan itu telah dapat saling Lihat melihat (berhadapan), setan itu balik ke belakang seraya berkata: “Sesungguhnya saya berlepas diri daripada kamu, Sesungguhnya saya dapat melihat apa yang kamu sekalian tidak dapat melihat; Sesungguhnya saya takut kepada Allah”. dan Allah sangat keras siksa-Nya. (QS Al Anfal 8:48)
Imam Ibnu Katsir Rahimahullah menyebutkan riwayat bahwa setan yang dimaksud dalam ayat ini adalah yang menjelma menjadi Suraqah bin Malik. Berikut keterangannya:
“Ali bin Abi Thalhah berkata, dari Ibnu Abbas, katanya: Iblis datang pada hari Badar sebagai tentara diri golongan setan, dia adatang membawa panjinya, dalam tampilan seorang laki-laki dari Bani Mudlij, dan setan dalam bentuk Suraqah bin Malik bin Ju’syum.” (Tafsir Al Quran Al ‘Azhim, 4/73. Hal ini juga diceritakan dalam kitab-kitab tafsir lainnya)
Demikian pula, sejumlah sahabat, di antaranya Abu Hurairah r.a. pernah didatangi mereka dalam wujud orang tua yg ingin mencuri zakat yg sedang dijaganya. Mereka dapat beralih rupa menjadi unta, keledai, sapi, anjing/kucing. Seringnya mereka berubah bentuk menjadi anjing hitam & kucing.
5.Qarin (Jin pendamping Manusia)Qarīn (Arab: قرين, Qɑrɪn) adalah istilah yang digunakan untuk menunjuk kepada malaikat dan jin (golongan setan) yang mendampingi setiap manusia. Istilah ini digunakan didalam Al-Qur'an dan dikatakan bahwa Qarin itu mengikuti manusia sejak lahir hingga mengalami ajalnya.\
Kedua makhluk itu dianggap sebagai "kembaran setiap manusia."
Menurut keyakinan umat Muslim bahwa, pada umumnya Jin Qarin ini bertugas mendorong dampingannya untuk berbuat kejahatan. Dia membisikkan was-was, melalaikan shalat, berat ketika hendak membaca Al-Quran dan sebagainya dan ia bekerja sekuat tenaga untuk menghalang dampingannya membuat ibadah dan kebaikan.
Untuk mengimbangi adanya pendamping jahat, Allah mengutus Malaikat Qarin yang selalu membisikkan hal-hal kebenaran dan mengajak membuat kebaikan. Dalam beberapa hadits dikatakan bahwa Jin Qarin yang mendampingi Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam telah memeluk Islam [ditundukkan], sehingga nabi selalu terjaga dari kesalahan.
Perkataan Qarin berasal daripada bahasa Arab yang berarti "teman", "pasangan" atau "pendamping". Istilah qarin kemudian meluas yang memiliki arti ruh-ruh jahat, yang terdiri daripada makhluk-makhluk halus yang sentiasa mendampingi manusia, sejak seseorang itu dilahirkan sehingga dia meninggal dunia.
Al-Qur'an menjelaskan tentang adanya Qarin dalam surah Az-Zukhruf
“Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Al-Quran), kami adakan baginya setan (yang menyesatkan) maka setan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya. (QS Az-Zukhruf 43:36) ”
Hadits mengenai Qarin pun telah dicatat oleh Imam Ahmad dan Imam Muslim, Muhammad bersabda kepada Abdullah Mas'ud, "Setiap kamu ada Qarin daripada bangsa jin, dan juga Qarin daripada bangsa malaikat. Mereka bertanya: "Engkau juga ya Rasulullah." Sabdanya: "Ya aku juga ada, tetapi Allah telah membantu aku sehingga Qarin itu dapat kuislamkan [ditundukan] dan hanya menyuruh aku dalam hal kebajikan saja."
Dalam kisah yang diriwayatkan oleh Jabir bin Abdillah, bahwa ketika tiba giliran Iblis untuk meminta, iapun berkata, “Ya Tuhanku, manusia (Adam) inilah yang telah Engkau muliakan atasku, kalau Engkau tidak memperhatikannya, aku tidak akan kuat menghadapinya.” Allah berfirman yang artinya, “Tidak akan dilahirkan seorang anak darinya kecuali dilahirkan pula seorang anak dari bangsa kamu.” Iblis berkata lagi, “Ya Tuhanku, berilah tambahan kepadaku.” Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, “Kamu dapat berjalan berjalan ditubuh mereka seperti mengalirnya darah dan kamu dapat membuat hati mereka sebagai rumah-rumah untuk kamu.”
6. “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” [QS Adz-Dzariyyat 51:56]
7. “Berkata `Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: "Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya". [QS an-Naml 27:39]
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a.: Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pernah bersabda,”tadi malam jin Ifrit datang padaku dan berusaha mengganggu shalatku tetapi Allah memberiku kemampuan untuk menguasainya. Aku ingin mengikatnya di salah satu pilar masjid sehingga kalian dapat melihatnya keesokan paginya, tetapi aku teringat kata-kata saudaraku Sulaiman, (seperti dinyatakan dalam Al-Quran): ”Ya Tuhanku! Ampunilah aku dan berilah aku kerajaan yang tiada seorang pun sesudahku patut memilikinya, sungguh Kau adalah Maha Pemberi (rahmat berkelimpahan). [QS Shad 38:35].
8. Marid seringkali digambarkan sebagai jenis yang paling kuat dari jin, memiliki kekuatan besar khususnya. Mereka adalah yang paling sombong. Seperti setiap jin, mereka memiliki kehendak bebas belum bisa dipaksa untuk melakukan tugas. Mereka juga memiliki kemampuan untuk memberikan harapan kepada manusia, tetapi biasanya membutuhkan pertempuran, ritual, atau penyembahan.
Ibnu Abdil Bar sebagaimana dikutip oleh Imam asy-Syibli dalam bukunya, Akamul Marjan fi Ahkamil Jan, menuturkan bahwa jin menurut ahli kalam dan bahasa Arab, mempunyai beberapa tingkatan:
- Apabila dimaksudkan jin secara umum, namanya jinny.
- Jin yang suka tinggal bersama manusia disebut dengan Aamir dan bentuk jamak (pluralnya) adalah 'Ammar.
- Jin yang seringkali menampakkan wujudnya atau mengganggu anak-anak kecil disebut dengan Arwah
- Jin yang selalu berbuat jahat dan seringkali muncul menjelma dalam berbagai bentuknya adalah Setan.
- Apabila jin tersebut disamping berbuat jahat, menjelma, juga berbuat hal lain yang lebih berat dari itu, seperti membunuh dan lainnya disebut dengan Marid
- Jin yang lebih jahat dari Marid dan memiliki kemampuan dan kekuatan yang lebih dahsyat lagi disebut dengan Ifrit, bentul jamaknya (pluralnya) Afariit.
- Sedangkan Iblis adalah nenek moyangnya jin kafir (setan). Menurut Abul Mutsanna dan Ibnu Abbas, pada awalnya, Iblis ini bernama Naail. Ketika mereka membangkang perintah Allah, Allah kemudian melaknatnya, dan diganti nama dengan Setan. Iblis ini mempunyai nama Kunyah (samaran) Abu Kadus (Bapak Penimbun, maksudnya menimbun manusia agar selalu dalam perbuatan dosa).
9. Elemen Bumi, Air, Api, dan Udara pada awalnya dikenal di Yunani. Dalam filsafat, ilmu pengetahuan, dan pengobatan kuno di Yunani, keempat elemen ini mewakili realitas yang ada di alam semesta.
Filsuf Empedocles (492-432 SM) menyebutnya sebagai 4 ‘akar‘ atau 4 ‘dasar‘.Hippocrates (460~377 SM), Bapak Kedokteran, juga menggunakan konsep keempat elemen ini untuk pengobatan, yaitu teori bahwa penyakit timbul akibat ketidakseimbangan 4 cairan dalam tubuh (Humorism).
Plato (427-347 SM) dianggap filsuf Yunani pertama yang menggunakan kata ‘element’ atau ‘elemen’. Kata Yunani kuno untuk ‘element’ (stoicheion) berarti ‘huruf’ (atau alfabet), yaitu unit dasar untuk membentuk kata-kata.
Filsuf Aristoteles (384-322 SM), murid dari Plato, guru dari Alexander yang Agung, menjelaskan tentang 4 elemen klasik ini dalam bukunya “Physics” :
- Elemen Udara : arti pertama adalah basah, arti kedua adalah panas
- Elemen Api : arti pertama adalah panas, arti kedua adalah kering
- Elemen Air : arti pertama adalah dingin, arti kedua adalah basah
- Elemen Bumi : arti pertama adalah kering, arti kedua adalah dingin
Selanjutnya filsuf Archimedes (287-212 SM) menambahkan elemen kelima, yaitu Ether. Kata ‘ether’ berasal dari kata ‘aether‘ yang diartikan sebagai esensi. Ether juga diartikan sebagai ‘kekosongan‘, ‘kehampaan‘ atau ‘ide’.
Dalam Kitab Konfusian disebutkan adanya lima unsur dasar alam yaitu eter, api, udara, air dan bumi, yang masing-masing mempunyai derajat kehalusan dan masing-masing mempunyai keselarasannya sendiri. Bangsa Cina memperkenalkan pula konsep maskulin Yang yang berkualitas cahaya, panas, dan kering seperti dilambangkan oleh Matahari, dan konsep femini Yin yang membawa kualitas bayang-bayang, sejuk, dan lembab seperti Bulan. Belitan kedua gaya ini membangkitkan keteraturan, rasa, dan segala sesuatu yang ada.
Dalam tradisi Wicca, ada keyakinan dalam lima elemen klasik, walaupun tidak seperti di Yunani kuno, mereka dianggap sebagai simbol yang bertentangan dengan literal, yaitu, mereka adalah representasi dari tahapan materi. Kelima elemen dipanggil selama ritual magis banyak, terutama ketika menyucikan lingkaran sihir. Kelima unsur Udara, Api, Air dan Bumi, ditambah eter (atau Roh), yang menyatukan empat lainnya.
Secara tradisional dalam Craft Gardnerian, setiap elemen dikaitkan dengan titik kardinal kompas; Air dengan timur, Api dengan selatan, Air dengan barat, utara dan Bumi dengan Roh dengan pusat.
Menurut Robert Cochrane dari Tubal Kain Clan Bumi terkait dengan selatan, Api dengan timur, barat dan Air dengan utara, dan masing-masing yang dikendalikan oleh seorang dewa yang berbeda yang dilihat sebagai anak-anak dewa-dewi yang bertanduk. Kelima unsur dilambangkan oleh lima poin pentagram, simbol yang paling mencolok yang digunakan Wicca.
9. Islam mengharamkan sihir, baik sihir hitam maupun sihir putih. Dalam QS Thaha 20:69 Allah Subhanahu wa Ta'ala menjelaskan:
“Dan tidak akan beruntung tukang sihir itu, dari mana saja dia datang.” (QS. Thaha: 69)Dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:
اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا هُنَّ قَالَ الشِّرْكُ بِاللَّهِ وَالسِّحْرُ وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ وَأَكْلُ الرِّبَا وَالتَّوَلِّي يَوْمَ الزَّحْفِ وَقَذْفُ الْمُحْصِنَاتِ الْغَافِلَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ“Hendaklah kalian menghindari tujuh dosa yang dapat menyebabkan kebinasaan.” Dikatakan kepada beliau, “Apakah ketujuh dosa itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Kesyirikan kepada Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah untuk dibunuh kecuali dengan haq, memakan harta anak yatim, memakan riba, lari dari medan pertempuran, dan menuduh wanita mukminah baik-baik berbuat zina.” (HR. Al-Bukhari no. 2766 dan Muslim no. 89)
10. Seorang manusia atau pun jin yang telah meninggal, [ruh] jiwanya tetap hidup di Alam Barzakh. Kita tidak bisa melihatnya atau mendengamya lagi.
"Hingga apabila datang kematian kepada sesoorang di antara mereka, dia berkata : Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia)" "Agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkan saja. Dan di hadapan mereka ada dinding (barzakh) sampai mereka dibangkitkan." [QS Al Mukminun 23:99 – 100]
Alam Barzakh adalah alam penantian jiwa yang akan dibangkitkan. Ketika seseorang mati, badannya hancur terurai menjadi unsur-unsur dalam tanah. Tetapi jiwanya 'melayang' memasuki Alam Barzakh. Sebuah alam yang memiliki dimensi berbeda dengan dunia manusia. Di sana kata Allah, ada dinding yang membatasi jiwa supaya tidak bisa kembali ke dunia.
11. “Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: " Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.” [QS al-Isra’ 17:53]
Diterjemahkan oleh : akhirzaman.info
Sumber: crystalinks
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah apabila ada yang kurang atau salah serta apapun itu dalam postingan saya, agar saya bisa membenahinya. Terima Kasih!!