Aku adalah mahasiswa baru yang baru setahun masuk dah
sekarang lagi ada Ujian Semester.Aku yang selalu hidup bersantai santai dan
mulai jarang pulang rumah bermain dengan teman sampai tak kenal waktu sehingga
membuat ibu selalu cemas dan khawatir. Hidupku saat ini sungguh anak muda jaman
sekarang banget. Ibu hanya dianggap sepele seperti pembantu saja.Berangkat
kuliah pulang malem, hari libur tidak ada dirumah kelayapan kesana kemari tanpa
tujuan yang jelas. Yah begitulah…
***
Kemuadian,
disiang yang cerah saat di ruang kampus aku duduk termenung sendiri menunggu
matkul berikutnya. Tiba – tiba datang seseorang mengagetkan aku dengan membawa
kabar duka, yaitu Dewi teman sekelas ku sekaligus tetangga ku juga. “Rama..
Rama.. Ibumu.. Ibumu..” Berbicara dengan nafas yang tersenggal- senggal karena
habis berlarian menghapiriku. “ Iya..
iya.. ada apa dengan ibu ku??” Tanyaku bingun dan khawatir. “ Itu.. Ibumu
kecelakaan..” “Apa…?? yang benar kamu Wi???” Tanyaku terkejut. “Iya beneran, Barusan
aku di telpon Ibuku dirumah suruh ngasih kabar ke kamu!!!” “Apa..” Mataku
terbelalak mendengar itu.
Bagai
petir yang menyambar pohon yang rapuh, dah pohon itu pun tumbang. Seperti itulah
perasaanan ku saat itu, tak karuan bingung harus melakukan apa dan tanpa pikir
panjang lagi ku dengan secepat kilat pulang menuju rumah tak peduli walau itu
masih ada jam kuliah yang harus aku ikuti karena adanya Ujian Semester.
Setelah ku berlari dari kampus yang tak jauh dari rumah
dan akhirnya sampai, dan dirumah kulihat banyak orang berkumpul dirumah ku, sehingga
membuat ku khawatir dan tak tenang. Ku berhenti sejenak dan mulai berpikir
negative akan apa yang terjadi pada ibu ku, seakan ku kehilangan sesuatu yang
berharga di dunia ini, dan mulai ku melangkah perlahan lahaan untuk memastikan
bahwa itu tidak benar, tapi sebelum sampai masuk rumah dan mengetahui apa yang
terjadi sebenarnya, tubuh ini serasa ringan tapi begitu berat untuk ku terus
melangkah, dan mendengar suara samar samar orang yang lagi berbicara tapi
setelah itu sudah tak terdengar lagi seakan ku mulai terputus dengan dunia ini.
***
Setelah beberapa menit aku pingsan tepat di depan rumah
dan dibawah masuk oleh warga, ku mulai sadarkan diri lagi dan melihat Dewi
disamping ku menemaniku dari tadi. “Aku dimana ini???” Tanya ku pada Dewi. “Di
rumah mu Rama, di kamarmu ini..” jawab Dewi lirih. “Oh iya, dimana ibuku??
Gimana kadaan Ibuku?? Aku harus menemuinya!!!” sambil berdiri dan menuju pintu,
tapi secepat aku berdiri secepat pula Dewi meraih tangan ku dan menarikku untuk
duduk dan menenangkan diri dulu, tapi karena aku sudah sangat khawatir akan
keadaan Ibu akau tetap memaksa untuk keluar kamar dan menemuinya, dan saat ku
membuka pintu kulihat sesosok tubuh yang di balut oleh kafan putih dan tertutupi
oleh selendang batik, sontak aku langsung membuka penutup itu dan… Aku pun tak
sadarkan diri lagi setelah melihat wajah Ibunya yang sudah tak bernyawa lagi.
Diwaktu yang sama Ayah ku juga baru sampai rumah yang juga tergesa-gesa pulang
mendengar kabar duka tersebut, karena tempat kerja Ayah ku jauh jadi agak lama
untuk menuju kerumah, sedangkan aku dibawah masuk lagi kekamar karena belum
sadarkan diri juga.
Di saat aku pingsan pemakamanpun mulai dilanjutkan lagi,
karena Ayah sudah datang beserta sanak keluarga yang sudah menunggu dari tadi,
dank arena sudah di mandikan sebelumnya jadi tinggal untuk di sholatkan dan
segera untuk di makamkan.
***
Kali ini pingsan ku lebih lama dibandingkan yang pertama
tadi, ku baru sadar kembali setelah beberapa jam setelah kejadian itu. Saat itu
pemakaman sudah kelar semua dan warga sekitar beserta saudara sedang mengadakan
tahlilan untuk Ibuku, karena sudah tradisi di desa ini, apabila ada orang yang
meninggal aka nada tahlilah atau selamatan bagi si almarhun.
Setelah ku tersadar, ku coba untuk duduk dan merenungkan
apa yang sudah menimpa ku hari ini, ku benar benar kehilangan seseorang yang
paling berharga di dunia ini, seseorang yang selalu ada di setiap jalan hidup
ku sampai saat ini, yang selalu sabar dengan semua tingkah lakuku yang sering
menyusahkannya dan sekarang sudah tiada.
Ku sedih dan meneteskan air mata yang sebelumnya tak
pernah ku lakukan karena ada masalah, tapi ini benar – benar meremukkan hati
dan jiwa raga ini. Tiba – tiba ku mendengar suara lirih untuk menguatkan aku. “
Rama.. kamu yang sabar yah, semua ini pasti ada hikmahnya.. jadi janganlah kamu
menyesali semua ini, semua yang hidup pasti akan mati dan kembali ke Rabbnya..”
bujuk Dewi agar ku sedikit tenang, tapi ku masih termenug dan terdiam menyesali
semua ini. “Dewi apakah ini hukuman bagiku karena telah menyusahkan dan
mengecewakan Ibuku??” Tanya ku sambil menahan air mata yang tak kunjung
berhenti ini. “Hm.. Jangan berpikiran beitu Rama, mungkin ini sedah takdir
Ibumu dan cobaan bagimu Rama.. jadi tetep bersabarlah..”. “Tapi mengapa harus
Ibuku..???” Dengan ekspresi tidak terima dengan semua ini. “Tenaglah Rama..
Sabar..” Dewi mencoba menenankan ku. “Sabar bagaimana.. Melihat Ibuku yang
tidak salah apa – apa harus mengalami kejadiaan ini.. Mengapa Dew.. Mengapa???
Tolong Dew, Citakan pada ku kejadiannya, ku ingin tahu..” pintaku ke Dewi untuk
mengetahui kenapa sampai ini terjadi.
Dan
akhirnya Dewi pun menceritakannya, “
Begini Rama.. kau tahu hari ini hari apa??.. ini adalah hari ulang tahunmukan..
Mungkin tidak begitu banyak orang yang mengetahuinya, tapi Ibumu selalu
mengingatnya Rama..”. “Trus apa hubungannya dengan kejadian ini???” tanyaku
penasaran. “Tadi ku sempat dengar cerita dari ibuku.. Ibumu tadi pagi begitu
semangat untuk merayakan Ultahmu, Ibumu keluar rumah untuk kepasar membeli
bahan – bahan buat nasi kuning kesukaanmu, pas di jalan ibuku bertemu dengan
Ibumu dan meyapanya tapi saking senang dan semangtnya sampai sampai tak
mendengar sapaan ibuku pagi tadi, padahal biasanya Ibumu selalu menyahutnya
apabila ada yang menyapanya tapi kali ini memang sungguh aneh.. tapi pada
akhirnya Ibumu dan Ibuku jalan bersama untuk kepasar dan mengobrol. Dan Ibuku
sempat bertanya pada Ibumu “ Bu.. tumben nih hari beda dari biasanya..lebih
bagaimana gitu???” Tanya Ibu Dewi. “ Beda gimana Ibu?? Biasa saja ini.. Cuman
saya lagi senang saja karena ini hari Ultah anakku, tadi pagi sebelum berangkat
kuliah dia ingin minta di bikinin Nasi Kuning kesukaanya Bu..” jawab Ibuku. “Oh
bgtu ya Bu.. Ada – ada saja Rama itu.. (Sambil tersenyum) .. Ada yang bisa saya
bantu Bu??” “Oh trima kasih Bu… tapi saya bisa tangani sendiri kok Bu..”. “Oh
bgtu ya Bu..”. Kemudian mereka pun pulang bersama karena bahan yang di beli
serasa sudah cukup.”
“Sesampainya dirumah Ibumu langsung masuk rumah dan mulai
memasak, tapi tak tahu kenapa Ibumu keluar lagi dengan tergesa-gesa. “Lho Bu
mau kemana lagi..??” Tanya Ibu Dewi yaag baru mau masuk rumah. “Itu ada yang
kurang Bu, ini mau balik lagi ke pasar beli bahan yang kuran itu..” jawab Ibuku
sambil tersenyum. Dan tiba – tiba terjadilah tragedi itu. “CIIITTTTT….
BRUUAAKKKK…” Suara mobil yang oleng, da pada saat itu Ibu mu yang baru saja
keluar rumah lalu mulai berjalan di tabrak oleh mobil yang oleng tadi,
penyebabnya karena mobil itu bannya pecah.. kejadiaanya sangat cepat jadi Ibuku
tak sempat memperhatikan itu.. dan yang sangat disesalkan Ibuku saat itu adalah
Ibumu tak sempat di selamatkan karena pendarahan yang cukup parah di kepala sehingga meniggal di tempat..”.
Setelah mendengar kejadian itu ku mulai menangis lagi dan
lebih parah sebelumnya, tangisan ini lebih berat dan menyakitkan hati sampai
air mata ini tak dapat lagi di keluarkan.Dan saat itu pulalah ku berdoa dan meminta
serta berjanji pada Allah dalam hati.. “Ya Allah.. maafkan lah hambamu ini,
ampunilah dosa hambamu ini yang selalu mengecawakan dan menyusahkan Ibu hambamu
ini.. Aku berjanji akan menjadi anak yang lebih baik lagi, lebih berbakti lagi
kepada Ibu Ya Allah, Hambamu mohon janganlah Engkau ambil Ibu, kembalikan Ibu
Ya Allah..”…
***
Tiba – tiba ku mendengar suara yang cukup keras tepat di
telingaku,sehingga membuatku terkejut kaget mendengarnya. Dan akhirnya aku
terbangun dan tersadar bahwa aku sedang di bangunkan oleh Dosen yang galak,
karena aku tertidur dan tak bangun di atas bangku. Sontak ku bangun dan terdiam
karena di omeli Dosen tersebut, dan setelah itu Ujian Semester di lanjutkan
lagi. Tapi ada perasaanku yang masih mengganjal di pikiranku, tapi masih begitu
samar – samar karena masih kaget karena suara Dosen tadi yang cetar membahana
itu.
Dan akhirnya ku Ujian selesai dan ku ketemu dewi saat
keluar kelas, saat itulah tiba – tiba saja air mata ku menetes entah kenapa dan
mulai mengingat mimpi yang seperti kenyataan itu tadi.Dan akupu segera ulang
untuk memastikan mimpi itu benar atau salah. Dan sesampainya dirumah aku benar
– benar bersyukur melihat ibuku masih sehat – sehat saja sedang memasak di
dapur, kemudia ku peluk Ibu dan meminta maaf padanya karena kelakuanku akhir –
akhir ini.
Mimpi itu benar – benar jadi pelajaran buat ku bahwa Ibu
adalah seseorang yang sangat berharga dan tak tergantikan oleh apapun. Mulai
saat itu aku merubah gaya hidupku yang berantakan dan terkesan ugal – ugalan
menjadi lebih baik.
By
: Pengembara Tanpa Arah / Bocah Lali Omah